Jika sepuluh tahun yang lalu Anda memberi tahu para pemimpin perusahaan penerbitan, bahwa di masa yang akan datang, seperempat penghasilan mereka akan datang dari ranah digital, mereka mungkin hanya akan menatap Anda dengan tatapan aneh dan menganggap Anda sedang bercanda.
Sepuluh tahun kemudian, kita melihat sendiri bagaimana konten-konten digital telah memenuhi—bahkan membanjiri kehidupan kita. Orang-orang yang dulu meragukan bahkan menertawakan Anda, kini hanya bisa gigit jari dan menyesali peringatan yang pernah Anda berikan dulu. Sementara mereka yang telah menyiapkan diri akan bernapas lega dan menyongsong era digital ini dengan senyum yang merekah.
Ya, telah kita ketahui bersama bahwa kita memang telah memasuki era digital. Uniknya, era itu justru akan dipimpin oleh anak-anak kita, sang kunci masa depan. Anak-anak yang lahir di zaman ini memang telah begitu akrab dengan perangkat-perangkat digital, seperti smartphone, tablet, dsb. Oleh karena itu, lahir pula istilah digital native, yang merujuk pada anak-anak yang lahir di era serba teknologi digital ini.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan betapa besarnya peran anak-anak dalam revolusi teknologi ini. Dari segi penggunaan buku digital misalnya, lebih dari separuh, atau tepatnya 54% anak-anak membaca buku digital, sementara hanya sekitar 25% orang dewasa saja yang membaca buku digital. Tampaknya, orang dewasa yang bukan merupakan digital native masih belum terbiasa membaca atau merasakan kenyamanan seperti yang dirasakan pada anak-anak.
Angka di atas didapat dari penelitian yang dilakukan oleh sebuah firma penelitian digital anak Digital Book World, yang dilakukan oleh PlayScience.
Jika sudah lebih dari separuh anak-anak di Amerika Serikat membaca buku digital, maka hanya tinggal menunggu waktu saja hingga anak-anak di Indonesia menjadi seorang pembaca digital seperti di negara Paman Sam itu. Apalagi, pemandangan seorang anak yang dengan santainya menggunakan gadget milik orang tuanya, bukanlah hal yang aneh saat ini. Berikut beberapa hal dari penelitian di atas, yang dapat Anda jadikan bahan rujukan.
Pertama, anak-anak sangat gemar membaca konten-konten digital. Dari 54% anak yang membaca buku digital, 85% di antaranya membaca setidaknya sekali dalam seminggu.
Kedua, alat yang paling sering digunakan oleh anak-anak di Amerika Serikat untuk membaca buku digital, adalah tablet. Pasar dari jenis ini masih dikuasai oleh iPad yaitu sebanyak 22%, 20% Kindle Fire, 14% untuk jenis Kindle lainnya, dan sisanya untuk jenis pembaca lainnya.
Ketiga, anak-anaklah yang memegang kendali. Orang tua akan membeli buku digital yang diminta oleh anak mereka. Jadi, penting untuk mengetahui seperti apa yang menjadi tren, dan apa yang disukai oleh anak-anak ini.
Jika Anda adalah penerbit—baik anak, dewasa, ataupun keduanya—penting bagi Anda untuk menemukan hal-hal yang disukai oleh generasi selanjutnya ini. Anda harus tahu apa yang mereka inginkan, berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk mendapatkannya, dan banyak hal lainnya yang akan menjadi pekerjaan rumah di masa depan. Terutama jika Anda belum melakukannya sama sekali.
Jadi, daripada Anda terus menolak kenyataan bahwa dunia digital telah ada di depan mata Anda—dan siap melibas siapapun yang tidak bisa mengikutinya—lebih baik Anda mulai bersiap menyongsong era digital ini. Jika anak-anak adalah kunci yang akan menentukan masa depan kita nantinya, maka teknologi digital telah menjadi masa depan yang tidak bisa dipungkiri kehadirannya. [Tika/Mizan.com/Sumber: Forbes]
Sepuluh tahun kemudian, kita melihat sendiri bagaimana konten-konten digital telah memenuhi—bahkan membanjiri kehidupan kita. Orang-orang yang dulu meragukan bahkan menertawakan Anda, kini hanya bisa gigit jari dan menyesali peringatan yang pernah Anda berikan dulu. Sementara mereka yang telah menyiapkan diri akan bernapas lega dan menyongsong era digital ini dengan senyum yang merekah.
Ya, telah kita ketahui bersama bahwa kita memang telah memasuki era digital. Uniknya, era itu justru akan dipimpin oleh anak-anak kita, sang kunci masa depan. Anak-anak yang lahir di zaman ini memang telah begitu akrab dengan perangkat-perangkat digital, seperti smartphone, tablet, dsb. Oleh karena itu, lahir pula istilah digital native, yang merujuk pada anak-anak yang lahir di era serba teknologi digital ini.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan betapa besarnya peran anak-anak dalam revolusi teknologi ini. Dari segi penggunaan buku digital misalnya, lebih dari separuh, atau tepatnya 54% anak-anak membaca buku digital, sementara hanya sekitar 25% orang dewasa saja yang membaca buku digital. Tampaknya, orang dewasa yang bukan merupakan digital native masih belum terbiasa membaca atau merasakan kenyamanan seperti yang dirasakan pada anak-anak.
Angka di atas didapat dari penelitian yang dilakukan oleh sebuah firma penelitian digital anak Digital Book World, yang dilakukan oleh PlayScience.
Jika sudah lebih dari separuh anak-anak di Amerika Serikat membaca buku digital, maka hanya tinggal menunggu waktu saja hingga anak-anak di Indonesia menjadi seorang pembaca digital seperti di negara Paman Sam itu. Apalagi, pemandangan seorang anak yang dengan santainya menggunakan gadget milik orang tuanya, bukanlah hal yang aneh saat ini. Berikut beberapa hal dari penelitian di atas, yang dapat Anda jadikan bahan rujukan.
Pertama, anak-anak sangat gemar membaca konten-konten digital. Dari 54% anak yang membaca buku digital, 85% di antaranya membaca setidaknya sekali dalam seminggu.
Kedua, alat yang paling sering digunakan oleh anak-anak di Amerika Serikat untuk membaca buku digital, adalah tablet. Pasar dari jenis ini masih dikuasai oleh iPad yaitu sebanyak 22%, 20% Kindle Fire, 14% untuk jenis Kindle lainnya, dan sisanya untuk jenis pembaca lainnya.
Ketiga, anak-anaklah yang memegang kendali. Orang tua akan membeli buku digital yang diminta oleh anak mereka. Jadi, penting untuk mengetahui seperti apa yang menjadi tren, dan apa yang disukai oleh anak-anak ini.
Jika Anda adalah penerbit—baik anak, dewasa, ataupun keduanya—penting bagi Anda untuk menemukan hal-hal yang disukai oleh generasi selanjutnya ini. Anda harus tahu apa yang mereka inginkan, berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk mendapatkannya, dan banyak hal lainnya yang akan menjadi pekerjaan rumah di masa depan. Terutama jika Anda belum melakukannya sama sekali.
Jadi, daripada Anda terus menolak kenyataan bahwa dunia digital telah ada di depan mata Anda—dan siap melibas siapapun yang tidak bisa mengikutinya—lebih baik Anda mulai bersiap menyongsong era digital ini. Jika anak-anak adalah kunci yang akan menentukan masa depan kita nantinya, maka teknologi digital telah menjadi masa depan yang tidak bisa dipungkiri kehadirannya. [Tika/Mizan.com/Sumber: Forbes]
0 komentar:
Posting Komentar